Sunday, November 27, 2011

Faedah-Faedah Memakai Celak

Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda:
خَيْرُ أَكْحَالِكُمُ الْإِثْمِدُ. إِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعَرَ.
“Celak yang terbaik untuk kamu adalah itsmid. Sesungguhnya ia bisa menjernihkan penglihatan dan menumbuhkan bulu mata.”[1]
Ibnu Abbas juga meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wasallam dahulu
selalu bercelak dengan itsmid setiap malam menjelang tidur sebanyak tiga kali oles pada masing-masing mata. Beliau mempunyai tempat celak yang beliau gunakan setiap malam; tiga kali di bagian ini; dan tiga kali di bagian ini.”[2]
Sementara Anas meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wasallam suka bercelak dengan itsmid sebanyak tiga kali di mata sebelah kanan dan dua kali di mata sebelah kiri.”[3]
Ia juga meriwayatkan, bahwasanya beliau pernah menyuruh bercelak dengan itsmid yang dicampur dengan minyak misik (kesturi) menjelang tidur. Dan beliau bersabda, “Orang yang berpuasa hendaknya menghindarinya.”[4]
Celak berkhasiat untuk menjaga kesehatan mata, memperkuat cahaya penglihatan, menjernihkan pandangan mata, dan melembutkan materi yang busuk serta mengeluarkannya. Menggunakan celak menjelang tidur akan lebih baik karena tidak adanya gerakan (aktivitas) yang berbahaya dan terbantu oleh tabi’ah (alam). Dan celak jenis tertentu bisa digunakan sebagai kosmetik.
Itsmid adalah batu celak berwarna hitam. Jenis yang terbaik berasal dari Asfahan. Tetapi juga ada yang datang dari barat. Itsmid yang terbaik adalah yang mudah pecah, pecahannya berkilauan (gemerlap), bagian dalamnya halus, dan tidak kotor. Ia memiliki karakter dingin-kering. Ia sangat berguna bagi mata. Ia dapat menguatkan mata, mengencangkan syaraf-syarafnya, dan menjaga kesehatannya. Ia juga dapat menghilangkan daging yang tumbuh di dalam bisul, menyembuhkannya, membersihkan kotoran-kotorannya dan mengeluarkannya. Dan ia juga bisa menghilangkan pusing (sakit kepala) jika dicampur dengan madu cair yang halus dan digunakan untuk bercelak. Itsmid adalah celak mata terbaik. Terutama bagi orang-orang tua dan orang-orang yang penglihatannya lemah. Caranya dicampur dengan sedikit misik. Dan jika ditumbuk halus dan dicampur dengan sedikit lemah segar lalu dioleskan pada luka bakar, maka tidak akan timbul khasykarisyah dan membantu mengatasi flek-flek yang ditimbulkannya.
Dirangkum dari buku “Resep Obat Ala Nabi” penerbit Pustaka eLBA
[1] Dikeluarkan oleh Abu Daud pada kitab Ath-Thibb, bab Al-Amru Bil Kuhli, no.3878. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan dinilainya hasan pada kitab Ath-Thibb, no.1761 dan pada kitab Asy-Syama-il, no.48 dan 49. Dikeluarkan oleh An-Nasa’I pada kitab Az-Ziinah secara ringkas. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah pada kitab Ath-Thibb, no.3497. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya, no.3036 dan 3426, Al-Baihaqi, 3/245, dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya, no.1439 dan 1440. Dan juga dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Ath-Thibbun Nabawi, hal.47 dan 48. Di dalam sanadnya terdapat Ibnu Khutsaim yang dipercaya oleh Muslim dan sejumlah ahli hdis. Sementara menurut Ad-Daraquthni, ia lemah. Mereka menilainya lemah karena hadis ini. Namun hadis ini berstatus shahih.
[2] Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi pada kitab Ath-Thibb, bab Maa Jaa-a Fis Su’uth, no. 2049, dan ia berkata: Hadis hasan. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah pada kitab Ath-Thibb, bab Man Iktahala Witran, no.3499. Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, 1/354. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi pada kitab Asy-Syama-il, no.48 dan 49. Di dalam sanadnya terdapat Ibad bin Manshur yang dinilai lemah (dlo’if) karena terbukti melakukan tadlis (penyamaran identitas perawi) dan memiliki daya ingat yang buruk. Menurut sebuah sumber, ia meriwayatkannya dari Ibrahim bin Abi Yahya.
[3] Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi pada kitab Al-Libas, bab Maa Jaa-a Fil Iktihal, no.1757. Dikeluarkan oleh An-Nasa’I pada kitab Az-Ziinah, bab Al-Iktihal. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah pada kitab Ath-Thibb, bab Al-Kuhli Bil Itsmid, no.3497. Dikeluarkan oleh Abu Daud pada kitab Al-Libas, bab Fil Bayadl, no.4061. Menurut At-Tirmidzi, ini adalah hadis hasan. Dan memang seperti pendapatnya. Sementara Ibnu Hibban menilainya shahih. Abu Nu’aim mengeluarkannya dalam kitab Ath-Thibbun Nabawi, hal.39 dan 48. Dikeluarkan oleh Abu Syaikh dalam kitab Akhlaqun Nabi Shollallohu ‘Alaihi wasallam, hal.183. Dan dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir, 3/119/1. Lihat: Syarhus Sunnah, karya Al-Baghawi, 11/357.
[4] Dikeluarkan oleh Abu Daud pada kitab Ash-Shiyam, bab Al-Kuhli Indan Naumi Lis Sha-imi, no.2377. Ia menyatakan, “Yahya bin Ma’in berkata padaku: “Ini adalah hadis munkar.” Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 3/476 dan 499. Dan dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Ath-Thibbun Nabawi, hal.39 dan 48. Di dalam isnadnya terdapat An-Nu’man bin Ma’bad bin Hudza Al-Anshari yang berstatut majhul (tidak dikenal. Lihat: At-Taqrib, hal.358. Dan kendati Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini didalam Musnad-nya, namun ketika ditanya tentang hadis ini, beliau menjawab: “Ini adalah hadis munkar.” Sama seperti kata Ibnu Ma’in. Selain itu di dalam isnadnya juga terdapat Abdurrahman bin Nu’man yang dinilai lemah. Namun Abu Hatim menilainya shaduuq (sangat jujur), dan Ibnu Hibban menilainya tsiqah (terpercaya).

Sumber : http://artikel.pustakaelba.com/

No comments: