Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda: 
خَيْرُ أَكْحَالِكُمُ الْإِثْمِدُ. إِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعَرَ.
“Celak yang terbaik untuk kamu adalah itsmid. Sesungguhnya ia bisa menjernihkan penglihatan dan menumbuhkan bulu mata.”[1]
Ibnu Abbas juga meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi  wasallam dahulu
 selalu bercelak dengan itsmid setiap malam menjelang  tidur sebanyak tiga kali oles pada masing-masing mata. Beliau mempunyai  tempat celak yang beliau gunakan setiap malam; tiga kali di bagian ini;  dan tiga kali di bagian ini.”[2]
Sementara Anas meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi  wasallam suka bercelak dengan itsmid sebanyak tiga kali di mata sebelah  kanan dan dua kali di mata sebelah kiri.”[3]
Ia juga meriwayatkan, bahwasanya beliau pernah menyuruh bercelak dengan  itsmid yang dicampur dengan minyak misik (kesturi) menjelang tidur. Dan  beliau bersabda, “Orang yang berpuasa hendaknya menghindarinya.”[4]
Celak berkhasiat untuk menjaga kesehatan mata, memperkuat cahaya  penglihatan, menjernihkan pandangan mata, dan melembutkan materi yang  busuk serta mengeluarkannya. Menggunakan celak menjelang tidur akan  lebih baik karena tidak adanya gerakan (aktivitas) yang berbahaya dan  terbantu oleh tabi’ah (alam). Dan celak jenis tertentu bisa digunakan  sebagai kosmetik.
Itsmid adalah batu celak berwarna hitam. Jenis yang terbaik berasal dari  Asfahan. Tetapi juga ada yang datang dari barat. Itsmid yang terbaik  adalah yang mudah pecah, pecahannya berkilauan (gemerlap), bagian  dalamnya halus, dan tidak kotor. Ia memiliki karakter dingin-kering. Ia  sangat berguna bagi mata. Ia dapat menguatkan mata, mengencangkan  syaraf-syarafnya, dan menjaga kesehatannya. Ia juga dapat menghilangkan  daging yang tumbuh di dalam bisul, menyembuhkannya, membersihkan  kotoran-kotorannya dan mengeluarkannya. Dan ia juga bisa menghilangkan  pusing (sakit kepala) jika dicampur dengan madu cair yang halus dan  digunakan untuk bercelak. Itsmid adalah celak mata terbaik. Terutama  bagi orang-orang tua dan orang-orang yang penglihatannya lemah. Caranya  dicampur dengan sedikit misik. Dan jika ditumbuk halus dan dicampur  dengan sedikit lemah segar lalu dioleskan pada luka bakar, maka tidak  akan timbul khasykarisyah dan membantu mengatasi flek-flek yang  ditimbulkannya.
Dirangkum dari buku “Resep Obat Ala Nabi” penerbit Pustaka eLBA
[1] Dikeluarkan oleh Abu Daud pada kitab Ath-Thibb, bab Al-Amru Bil  Kuhli, no.3878. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan dinilainya hasan pada  kitab Ath-Thibb, no.1761 dan pada kitab Asy-Syama-il, no.48 dan 49.  Dikeluarkan oleh An-Nasa’I pada kitab Az-Ziinah secara ringkas.  Dikeluarkan oleh Ibnu Majah pada kitab Ath-Thibb, no.3497. Dikeluarkan  oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya, no.3036 dan 3426, Al-Baihaqi,  3/245, dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya, no.1439 dan 1440. Dan  juga dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Ath-Thibbun Nabawi, hal.47  dan 48. Di dalam sanadnya terdapat Ibnu Khutsaim yang dipercaya oleh  Muslim dan sejumlah ahli hdis. Sementara menurut Ad-Daraquthni, ia  lemah. Mereka menilainya lemah karena hadis ini. Namun hadis ini  berstatus shahih.
[2] Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi pada kitab Ath-Thibb, bab Maa Jaa-a Fis  Su’uth, no. 2049, dan ia berkata: Hadis hasan. Dikeluarkan oleh Ibnu  Majah pada kitab Ath-Thibb, bab Man Iktahala Witran, no.3499.  Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, 1/354. Dikeluarkan oleh  At-Tirmidzi pada kitab Asy-Syama-il, no.48 dan 49. Di dalam sanadnya  terdapat Ibad bin Manshur yang dinilai lemah (dlo’if) karena terbukti  melakukan tadlis (penyamaran identitas perawi) dan memiliki daya ingat  yang buruk. Menurut sebuah sumber, ia meriwayatkannya dari Ibrahim bin  Abi Yahya.
[3] Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi pada kitab Al-Libas, bab Maa Jaa-a Fil  Iktihal, no.1757. Dikeluarkan oleh An-Nasa’I pada kitab Az-Ziinah, bab  Al-Iktihal. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah pada kitab Ath-Thibb, bab  Al-Kuhli Bil Itsmid, no.3497. Dikeluarkan oleh Abu Daud pada kitab  Al-Libas, bab Fil Bayadl, no.4061. Menurut At-Tirmidzi, ini adalah hadis  hasan. Dan memang seperti pendapatnya. Sementara Ibnu Hibban menilainya  shahih. Abu Nu’aim mengeluarkannya dalam kitab Ath-Thibbun Nabawi,  hal.39 dan 48. Dikeluarkan oleh Abu Syaikh dalam kitab Akhlaqun Nabi  Shollallohu ‘Alaihi wasallam, hal.183. Dan dikeluarkan oleh Ath-Thabrani  dalam Mu’jam Al-Kabir, 3/119/1. Lihat: Syarhus Sunnah, karya  Al-Baghawi, 11/357.
[4] Dikeluarkan oleh Abu Daud pada kitab Ash-Shiyam, bab Al-Kuhli Indan  Naumi Lis Sha-imi, no.2377. Ia menyatakan, “Yahya bin Ma’in berkata  padaku: “Ini adalah hadis munkar.” Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam  Musnad-nya, 3/476 dan 499. Dan dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab  Ath-Thibbun Nabawi, hal.39 dan 48. Di dalam isnadnya terdapat An-Nu’man  bin Ma’bad bin Hudza Al-Anshari yang berstatut majhul (tidak dikenal.  Lihat: At-Taqrib, hal.358. Dan kendati Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini  didalam Musnad-nya, namun ketika ditanya tentang hadis ini, beliau  menjawab: “Ini adalah hadis munkar.” Sama seperti kata Ibnu Ma’in.  Selain itu di dalam isnadnya juga terdapat Abdurrahman bin Nu’man yang  dinilai lemah. Namun Abu Hatim menilainya shaduuq (sangat jujur), dan  Ibnu Hibban menilainya tsiqah (terpercaya).
Sumber : http://artikel.pustakaelba.com/
No comments:
Post a Comment