selamat datang di blog unyu ini, karena aku punya banyak hobby jadi ini blog yang isi nya macem-macem. makasih sudah mampir ke blog aku , semoga aja salah satu posting disini bermanfaat buat kalian. ^^
Friday, June 18, 2010
sinopsis cinerella's sister episode 4
Hyo Sun menyebut Eun Jo seorang pengemis dan memintanya keluar dari  rumahnya. Eun Jo sebenarnya terlihat rada-rada senang bahwa selama ini  dia benar tentang Hyo Sun.
Eun Jo berbalik dan malah menyuruh Hyo  Sun keluar. Ki Hoon masuk untuk melihat apa yang terjadi. Eun Jo  berkata kalau meski dia benci disini, dia tidak akan pergi hanya karena  Hyo Sun ingin dia pergi. Dia hanya akan pergi sesuai dengan kehendaknya  sendiri. Hyo Sun kaget mendengar jawaban ini. Eun Jo pergi dan Hyo Sun  mengejarnya.
Ki Hoon melihat kartu dari Dong Soo dan bergumam,  “Anak-anak ini… tidak belajar padahal seharusnya belajar.” Tapi kemudian  dia mendapati dirinya merasa terganggu. Siapa Dong Soo? Dia cemburu!
Dong  Soo berada di bawah di dekat sungai, mencoba mengumpulkan keberaniannya  untuk berbicara pada Eun Jo tapi waktu dia melihat Hyo Sun datang, dia  bersembunyi dan menyaksikan lanjutan pertengkaran dua bersaudara itu.  Hyo Sun menyusul Eun Jo dan berteriak apakah ini yang dia inginkan  sambil menarik rambut Eun Jo. Eun Jo terkejut pada apa yang dilakukan  Hyo Sun, tapi terlambat… pertengkaran dimulai.
Tarik rambut,  saling melontarkan kata-kata kasar, tapi pada satu titik Hyo Sun  berhenti, memperhatikan bibir Eun Jo yang berdarah. Hyo Sun berkata,  “Kakak, kau berdarah!” Eun Jo lebih terganggu lagi mendengar perhatian  Hyo Sun. Dia mendorongnya ke samping dan pergi.
Hyo Sun pulang ke  rumah sambil menangis. Saat itu, Kang Sook sedang berada di  tengah-tengah percakapan telepon. Dia menutup telponnya dan berlari ke  Hyo Sun lalu menghibur gadis itu. Hyo Sun menangis, “Aku berharap kau  tidak pernah memiliki Eun Jo!” Eun Jo yang mendengar ini dari kamarnya  berkata pada diri sendiri, “Itulah yang aku katakan.”
Ayah masuk,  marah, dan menghentikan keributan itu. Dia menyeret Hyo Sun ke ruangan  lain dan meminta tongkat. Kang Sook menemui Eun Jo dan bertanya kali ini  apa yang sudah dia lakukan hingga membuat Hyo Sun kesal. Kang Sook  tidak bisa percaya kalau Eun Jo tidak bisa menangani masalah sepele  seperti Hyo Sun. Sementara itu, Eun Jo kesal karena ibu hanya peduli  pada Hyo Sun.
Hyo Sun dan Eun Jo berlutut dihadapan ayah. Dia  berkata kalau mereka tidak saling memaafkan, mereka berdua tidak akan  mendapatkan kamar terpisah. Kedua gadis itu tidak senang mendengar  berita itu. Ki Hoon tiba membawa tongkat yang diminta dan hanya diam,  jadi ayah bertanya apa dia ingin dipukul juga. Ki Hoon dengan berani  bertanya apakah tidak sebaiknya ayah bicara dulu pada mereka. Ayah  berkata kalau Ki Hoon bisa dipukul, tunggu saja.
Ayah memanggil  Hyo Sun pertama. Dia berkata pada Hyo Sun untuk mengaku bersalah kalau  dia memang bersalah dan memukulnya sekali (mirip Jang Geum). Hyo Sun  langsung menangis dan mengaku bersalah. Bahwa dia benar-benar bersalah.  Dae Sung menyuruhnya kembali ke tempat semula. Berikutnya dia memanggil  Eun Jo. Eun Jo menurunkan kaos kakinya, bersiap-siap untuk menerima rasa  sakit. Dae Sung menawarkan pilihan yang sama untuk mengakui kesalahan.  Kali ini dia agak ragu. Tapi dia yang memimpin rumah ini jadi harus  bersikap adil.
Eun Jo tetap bertahan dan tidak bergerak sedikit  pun. Ayah terkejut dan tidak tahu apakah harus terus memukulnya. Tapi  dia melanjutkannya ketika Ki Hoon dan Hyo Sun yang menyaksikan mencoba  untuk ikut campur.
Sementara itu, Kang Sook menelpon Jang lagi.  Dia bernyanyi untuk Kang Sook. Kali ini Jung Woo datang lagi untuk  menyelamatkan dengan sebuah wajan yang dipukulkan ke kepala. Dia juga  menasehati Kang Sook untuk mengubah nomer telponnya.
Eun Jo masih  tetap bertahan, tongkat mulai patah dan luka di kakai Eun Jo mulai  berdarah. Dae Sung merasa terganggu pada sikap keras gadis ini. Tapi Ki  Hoon yang sudah tidak tahan melihat itu semua, menarik tangan Eun Jo dan  membawanya keluar dari ruangan itu. Kang Sook masuk ke ruangan itu dan  menemukan Dae Sung yang kelelahan dan Hyo Sun yang akan pingsan.
Ki  Hoon membawa Eun Jo ke gudang anggur, mencoba mengikuti langkahnya,  “Kau ini anak macam apa… kau keras kepala, kan? Yang harus kau lakukan  hanya mengatakan kalau kau bersalah. Kau bahkan tidak bisa…” Tapi dia  berhenti saat melihat luka di kaki Eun Jo. Dia mencoba mengobatinya tapi  Eun Jo tidak bergerak sama sekali. Ki Hoon putus asa, berkata kalau  saja Eun Jo adalah tipe orang yang mau menuruti apa katanya, maka dia  tidak akan berada di situasi seperti ini.
Ki Hoon pergi untuk  mendapatkan obat bagi Eun Jo dan ketika dia sendirian, Eun Jo  mendengarkan suara gelembung. Dia mendekatkan badannya ke salah satu  kendi besar dan menempelkan telinganya disana, seolah-olah ada pesan  rahasia di dalam sana.
Eun Jo begitu terpesona sehingga tidak  menyadari Ki Hoon sudah kembali, yang menggunakan kesempatan itu untuk  mengobati lukanya. Ki Hoon berkata kalau itu adalah suara yang  diciptakan anggur beras saat berfermentasi. Dia juga berkata kalau  sebaiknya Eun Jo berlari bila dipukul lagi lain kali, karena Eun Jo toh  adalah pelari yang hebat. Ki Hoon menambahkan, “Jika kau dipukul lagi,  kau mati!”
Ki Hoon memanggil Eun Jo, “Eu Jo ya.” Karena tidak ada  respon, dia mengulanginya lagi, “Eun Jo ya. Bisakah kau memberiku  jawaban… Eun Jo ya?” Dan akhirnya Eun Jo menjawab, “Ya,” ki Hoon  bertanya lagi, “Apakah sakit?” Eun Jo, “Ya,” Ki Hoon benar-benar senang  mendapat jawaban ini.
Malam itu Dae Sung merasa benar-benar  bersalah karena sudah menghukum Eun Jo. Jadi dia masuk ke kamarnya saat  gadis itu sedang tidur dan mengobati lukanya. Eun Jo sebenarnya masih  terbangun dan dia bisa merasakan rasa sesal dan kepedulian Dae Sung  padanya.
Keesokan paginya, Eun Jo menemui Ki Hoon di luar dan  langsung menyerbunya dengan pertanyaan. Siapa gadis di sungai itu? Ki  Hoon terkejut. Eun Jo bertanya lagi dengan tajamnya. Ki Hoon tiba-tiba  meletus. Dia tersenyum setelah menyadari, ini Eun Jo… dan dia cemburu.
Ki  Hoon terlihat senang bahkan sampai menahan tawanya ketika Eun Jo  memberikannya tatapan mematikan. Dia benar-benar tidak bisa menahan tawa  dan melihat Eun Jo begitu mengagumkan. Ki Hoon menggoda, “Apa kau  mencariku pagi-pagi begini untuk menanyakan hal itu? Apa kau begitu  ingin tahunya sehingga tidak bisa tidur sekejap pun? Begitu kan?”
Ki  Hoon pergi ke kamarnya untuk mengambil bungkusan yang dia terima  kemarin dari wanita yang dipertanyakan Eun Jo. Dia menunjukkan pada Eun  Jo isinya, yang pada dasarnya berisi kumpulan album dan buku favorit Ki  Hoon. Dia dengan gembira mulai menceritakan setiap benda di dalamnya,  tapi Eun Jo tidak tertarik. Ki Hoon membentak agar Eun Jo  mendengarkannya, tapi Eun Jo malah berteriak balik, “Siapa gadis itu?”  Ki Hoon menjelaskan kalau dia adalah adik bungsu salah satu temannya  yang mau menyimpan barang-barang milik Ki Hoon. Puas dengan jawaban itu,  Eun Jo bangkit lalu pergi meninggalkan Ki Hoon yang kebingungan. Ki  Hoon berteriak di belakangnya, “Bagaimana denganmu? Apa… apa kau akan  berkencan dengan si Dong Soo itu?” Eun Jo tidak merespon, jadi Ki Hoon  berkata lagi, “Tapi… tapi aku lebih keren dari Dong Soo itu kan?”
Eun  Jo dan Hyo Sun bersiap-siap berangkat ke sekolah. Hyo Sun meminta Eun  Jo untuk berpura-pura kalau mereka sudah baikan di hadapan ayah dan ibu  agar mereka mendapatkan kamar yang terpisah. Dengan enggan Eun Jo setuju  melakukannya. Hyo Sun melihat luka di kaki Eun Jo, dan meski mereka  sedang perang dingin, dia memberikan sepasang kaos kaki baru pada Eun Jo  lalu pergi. Eun Jo yang masih begitu marah tidak bisa menerimanya dan  membuang benda itu ke lantai.
Ki Hoon mengantar Kang Sook ke kuil  sementara itu Dae Sung menikmati sarapan dengan anak-anak. Hyo Sun  menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf, dia menendang Eun Jo  untuk ikut berpura-pura. Eun Jo mengaku, dan bergumam setengah hati,  “Tidak, aku yang salah.” Yang membuat Hyo Sun dan ayah sangat senang.
Dae Sung melihat Ki Hoon dan bertanya-tanya kenapa dia kembali begitu  cepat. Dia mengatakan kalau Kang Sook tidak mau diantar sampai ke kuil  dan bersikeras naik kereta sendirian. Dae Sung menelpon pendeta dan  memintanya untuk membawakan sesuatu lewat istrinya tapi dia mendapat  jawaban kalau Kang Sook tidak ada disana. Kang Sook memang pergi naik  kereta tapi tidak tahu kemana.
Ki Hoon sibuk belajar bahasa  Spanyol dan dia bicara keras-keras pada komputernya kalau muridnya  belajar begitu cepat sehingga dia harus belajar super keras agar bisa  mengimbangi.
Hari itu Ki Hoon juga mendapat kunjungan dari kakak  tirinya. Kakak keduanya, Hong Ki Tae, mengantarnya ke suatu tempat dan  bercerita tentang masa kanak-kanak ketika dia dan ayahnya pergi  mengunjungi Ki Hoon dan ibunya.
Kang Sook pulang telat malam itu,  tidak ada yang tahu dari mana, dan Dae Sung menunggunya di luar,  berharap Kang Sook akan menjelaskan semuanya. Dae Sung bertanya dia  darimana saja dan saat Kang Sook menjawab “Kuil”, dia sadar itu bukan  jawaban yang diinginkan suaminya. Kang Sook dengan cepat mulai menangis  dan mengarang sebuah cerita kalau dia ingin mencari obat untuk luka Eun  Jo jadi dia pergi ke seorang herbalis kenalannya. Dia tidak ingin Dae  Sung tahu karena suaminya akan merasa bersalah.
Ki Tae mengantar  Ki Hoon ke sebuah kompleks perkantoran, dimana ibu tiri dan pengacaranya  sedang menunggu Ki Hoon bersama sebuah kontrak untuk ditandatangani.  Ibu tiri bertanya apa permintaan Ki Hoon dan dia menjawab dia ingin  setengah dari perusahaan.
Ibu tiri mencemooh dan menawarkan Ki  Hoon lebih banyak uang lagi. Hal itu hanya membuat Ki Hoon menyeringai.  Wanita kejam itu bahkan menghina ibu Ki Hoon yang sudah meninggal dengan  mengatakan kalau dia melahirkan Ki Hoon dengan tujuan untuk mengambil  alih setengah perusahaan tapi dia tidak akan mendapatkannya.
Ini  membuat Ki Hoon jengkel. Dia bahkan berkata perlu membawa pengacara lain  kali sebab dia tidak mau menandatangani kontrak itu. Kalau dia sudah  mati mungkin mereka baru mendapat tanda tangannya. Ki Hoon pergi dan  langsung menelpon ayahnya berkata bagaimana dia bisa membantu.
Di  perusahaan anggur beras Dae Sung, sekarang sudah waktunya untuk membuat  tumpukan baru. Dae Sung memimpin upacara doa agar semuanya berjalan  lancar dan semua orang mengahdiri acara ini. Ki Hoon dan Eun Jo  menggunakan kesempatan ini untuk saling pandang. Namun, kali ini Ki Hoon  memandang Eun Jo lebih lama dengan sedih. Hyo Sun memperhatikan hal ini  dan langsung menunduk.
Di sekolah Eun Jo mendapatkan penghargaan  dalam bidang akademis, sementara di waktu yang bersamaan Hyo Sun baru  saja menyelesaikan kompetisi tarinya dan melakukannya dengan sangat  buruk. Ayah dan ibu hadir untuk pertunjukkan Hyo Sun, dan menghiburnya  karena dia gagal menjadi yang terbaik.
Eun Jo langsung pulang ke  rumah dengan penghargaannya, tidak sabar ingin menunjukkan pada  keluarganya, atau setidaknya ayah. Meski dia keras tapi dia selalu  mendukung Eun Jo secara akademis. Tapi saat dia sampai di rumah, Eun Jo  tahu kalau semua orang rumah asik menonton pertunjukkan Hyo Sun. Eun Jo  berpikir, “Tidak masalah. Aku hanya ingin dipuji satu orang saja.”
Eun  Jo menepuk Ki Hoon dan memintanya untuk bertemu dengannya disana, di  gudang anggur mereka. Ki Hoon menemui Eun Jo dimana dia dengan tenang  mempersembahkan hadiah yang dia dapat kepada Ki Hoon. Dia menahan  kegembiraan dengan cara khas Eun Jo tapi dia tidak sabar menunggu reaksi  Ki Hoon. Ki Hoon membuka mulut, “Kau melakukannya dengan baik. Kau  melakukannya dengan sangat baik.” Ki Hoon mengelus rambut Eun Jo dan  menepuk kepalanya dengan lembut. Eun Jo merasa sangat senang.
Ki  Hoon ingin memberikan Eun Jo hadiah atas prestasi yang telah dia capai,  jadi dia mengajak gadis itu ke kamarnya dan memberikan salah satu benda  favoritnya. Dia memberikan Eun Jo sebuah pena tua yang dibungkus kain.  Ki Hoon berkata kalau benda itu mungkin lebih tua dari Eun Jo dan selama  ini dia telah merusaknya. Dia berkata, “Gunakan ini untuk menulis  surat, jurnal, dan setiap kali kau menggenggamnya dengan tanganmu,  pikirkanlah aku.” Dan kemudian Eun Jo tersenyum pada Ki Hoon.
Eun  Jo bangkit untuk pergi dan saat dia membuka pintu, Hyo Sun sedang  berada disana, terlihat jengkel. Dia berkata dengan marah kenapa dia  tidak mendapat hadiah. Kenapa dia yang pergi ke kompetisi tapi malah Eun  Jo yang mendapat hadiah? Eun Jo dan Ki Hoon memandang Hyo Sun dalam  diam. Hyo Sun berkata, “Apa kau lupa? Tidakkah kau tahu kau milik  siapa?”
Malam itu, Hyo Sun benar-benar merasa kesal di tempat  tidurnya sementara itu, Eun Jo tetap terbangun dan mengeluarkan pena  hadiah dari Ki Hoon. Dia mengisi pena itu dengan tinta dengan sangat  hati-hati dan pada selembar kertas kosong dia menulis, “Eun Jo ya.”
Keesoka  paginya, Eun Jo menyapa Dae Sung dan berkata kalau salah satu kendi  anggur beras di gudang telah rusak. Terkejut, Dae Sung bertanya  bagaimana dia bisa tahu hal seperti itu. Eun Jo menjawab kalau kendi  yang satu itu tidak mengeluarkan suara. Dae Sung sangat terkesan dan  berjanji akan memeriksanya.
Berikutnya, Hyo Sun kembali. Dia  terlihat tidak bersemangat dan menyeret kakinya. Ayah bertanya, “Apa Ki  Hoon sudah pergi?” Terkejut, Eun Jo berbalik dan bertanya-tanya apa  artinya hal itu. Dia mengikuti Hyo Sun kembali ke kamarnya dan bertanya  kemana Ki Hoon pergi. Awalnya Hyo Sun menolak untuk menjawab tapi  teriakan mereka membuat ayah masuk. Ki Hoon sudah pergi untuk ikut wajib  militer.
Eun Jo berlari ke kamar Ki Hoon, ke gudang anggur  mereka, ke halaman, dan semuanya kosong. Dia kemudian berlari ke sungai  tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Ki Hoon. Di rumah, Hyo Sun  menangis dan mengeluarkan sebuah surat. Surat itu diberikan Ki Hoon  padanya agar Hyo Sun memberikannya pada Eun Jo. Hyo Sun membukanya tapi  surat itu ditulis dalam bahasa Spanyol jadi dia tidak bisa mengerti. Eun  Jo pergi ke stasiun bis dimana para tentara berangkat untuk ikut wajib  militer tapi tidak ada Ki Hoon.
Ki Hoon sebenarnya tidak pergi  buat wajib militer tapi dia pergi atas permintaan keluarganya. Ki Hoon  menoleh ke belakang sebelum naik kereta. Dia berpikir, “Akankah kau…  menghentikanku? Meski darah keluar dari lututmu, kau tidak mampu  menangis, sama seperti Hong Ki Hoon yang bodoh. Eun Jo ya. Jika kau  memegangku, aku rasa aku bisa berhenti disini. Sebelum aku naik ke  kereta, hentikanlah aku. Eun Jo ya.” Tapi Eun Jo tidak datang dan Ki  Hoon pun naik ke kereta. Dia pergi!
Eun Jo berlutut di atas  pasir. Dia menangis. Dia terus berkata, “Eun Jo ya.” Berulang-ulang. Dia  terlihat sangat TERLUKA. Di belakangnya, tusuk rambut yang diberikan Ki  Hoon padanya tergeletak.
Delapan tahun kemudian… Gu Eun Jo  sedang berada di Seoul. Dia sedang memberikan presentasi tentang  perusahaan anggur berasnya. Dia menggarisbawahi tentang trend terbaru  dan cara pemasaran produk mereka juga tentang pembuatan anggur beras  mereka yang alami yang membedakan perusahaan mereka dengan perusahaan  lain. Dia terlihat penuh percaya diri.
Di luar gedung, Eun Jo  melihat ke seberang jalan dan melihat sebuah tanda pameran seni yang  menampilkan artis favorit Ki Hoon. Dia tidak bisa menahan diri dan masuk  ke dalam sana. Eun Jo melihat lukisan yang dipajang dan Hyo Sun muncul  di sampingnya. Dia datang kesana setelah mendengarnya dari Ki Hoon. Eun  Jo bertanya apa maksudnya, dan Hyo Sun menyerang Eun Jo, “Tidakkah kau  tahu? Kak Ki Hoon dan aku berkencan.”
Label:
Sinopsis Drama Korea
sometimes I love animal more than I love human • mencintai langit apapun yang terjadi 
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment