Personal Taste episode 3
Kae In dan In hee bertengkar hebat.  In Hee tersinggung, beraninya Kae In menyewakan kamarnya pada Jin ho.  Kae In, "Aku lebih nyaman tinggal dengan seseorang yang tidak akan  menusukku dari belakang."
In Hee, "Apa kau pikir pria akan melihatmu sebagai  wanita? Kau seharusnya mulai berpikir bagaimana pacarmu bisa kucuri!"  Kae in benar2 sakit hati dan mendorong koper In Hee dan menyuruhnya  pergi. In hee berkata ia tidak tahu harus kemana dan Kae in tidak boleh  mengusirnya. 
In  hee akhirnya pergi juga dan berkata pikirkan lagi, aku memberimu waktu  untuk berpikir. Kae in, aku tidak perlu waktu, aku tidak mau berurusan  denganmu lagi.
Jin Ho dan Sang jun mendiskusikan  ide2 untuk museum. Sang jun mendesak jin Ho untuk berbaikan dengan Kae  in, siapa tahu jika Jin Ho beruntung, maka kau akan menjadi menantu  Profesor Park.
Mereka dikejutkan dengan kedatangan  Kae in yang tiba2, dan sang jun reflek menutup gambarnya, ia takut Kae  in menyadari bahwa desain-nya berdasar atas Sang go Jae. Sang jun  mendesak jin ho agar bersikap baik dan mengantar Kae in ke luar untuk  bicara di luar saja.
Kae In minta maaf karena perkataannya dan mohon agar jin Ho  memaafkan dan kembali. Kae in memberikan hadiah berupa kursi dan meja  kecil dari kayu (cute euy..aku suka miniatur) dan berkata itu bukan  penyuapan. Jin ho tidak terpengaruh, ia tetap tidak mau kembali dan  berkata, "Terima kasih atas hadiah perpisahannya."
Hye Mi masuk ke kantor Jin Ho dan  marah, mengapa Jin Ho pergi begitu saja, bagaimana ia bisa meninggalkan  dirinya dan ibunya begitu saja.
Jin Ho menjawab bahwa tidak nyaman untuk Hyemi tinggal  bersama dengannya. Tidak baik jika dilihat orang lain dan Hye Mi berkata  ia sama sekali tidak keberatan. Jin Ho berkata, Hyemi akan kesulitan  jika ia menikah kelak. pria Korea itu pikirannya sempit, mereka merasa  tidak masalah tidur dimana saja dan main2 dengan gadis2 bar dan PSK,  tapi jika seorang wanita tinggal bersama seorang pria, mereka akan  memandang rendah.
Presiden  Mirae (ayah Chang Ryul) mengunjungi Choi Do Bin dan menyuapnya dengan  hadiah, sebuah lukisan mahal koleksi pribadi. Do bin tidak tertarik dan  menolak dengan sopan. Chang ryul dan sekretarisnya juga datang ke  museum, selain untuk menghadiri rapat mengenai proyek museum, ia juga  ingin bertemu In Hee.
Mereka bertemu Jin Ho dan Sang Jun dan keempatnya langsung saling  mengejek. Tapi Jin Ho dan Sang jun langsung masuk ke ruang briefing.  Choi Do Bin menekankan pentingnya untuk melestarikan gaya Korea dalam  gedung itu. Semua mendapat waktu satu minggu untuk menyiapkan presentasi  mereka.
In Hee  ada di museum dan Chang ryul berusaha berbicara dengannya, tapi In hee  tidak mengacuhkan Chang Ryul. In Hee sengaja, dan saat melihat Jin Ho ia  minta maaf atas kekasarannya semalam dan kata2 semalam langsung membuat  Chang Ryul marah. Apa artinya
Ho sengaja membuat Chang Ryul  kesal dengan berkata semalam cukup mengesankan. Chang ryul terprovokasi  dan ia menarik baju Jin Ho dan ingin tahu ada apa diantara mereka  berdua. Jin Ho menjawab, "Mau tahu? tapi sepertinya In hee mu ingin aku  menyimpan rahasia semalam." Chang ryul akan memukul Jin Ho, tapi Jin Ho  dengan anggun bergeser dan menekuk tangan Chang ryul di belakang  punggungnya. Chang ryul bersumpah akan menghancurkan Jin Ho, Jin Ho  menjawab, "Jika aku pikir itu akan terjadi, aku tidak akan datang ke  sini."
President  Han melihat anaknya dan berkata bukankah ia sudah sering mengatakan pada  Chang ryul untuk mengasihani orang yang lebih lemah. Ia menyinggung  keduanya. Chang Ryul seharusnya tidak membuat kekacauan dengan orang  yang selalu berdarah hidungnya karena mereka, seperti idiot saja.
Jin Ho tahu ini diarahkan padanya,  dan menjawab, ia tidak masalah jika hidungnya berdarah dalam  pertandingan yang adil. Tapi jika lawanmu memukul dengan batu yang  disembunyikan dalam tangan, itu tidak adil. Jadi kali ini, "Aku minta  kau datang padaku dengan tangan kosong."
In he terkesan dengan  Jin Ho, dan  demikian pula Choi Do bin, yang melihat mereka dari atas.
Dalam perjalanan pulang, kedua ayah  dan anak itu merasa kesal. Presiden Han karena choi Do bin juga tertarik  pada presentasi Jin Ho dan mengingatkan chang ryul agar waspada. Chang  ryul berkata ia tidak khawatir karena ayahnya ahli negosiasi atau dengan  kata lain suap menyuap. Tapi presiden Han cemas, Choi Do Bin bukan  orang seperti itu.
Ayah Chang ryul menyinggung tentang pernikahannya dengan In hee.  Ayah Chang ryul melihat In hee dekat dengan Choi Do Bin. Ayahnya  membujuk, jika proyek Museum ini jatuh ke tangan mereka, ia tidak akan  menentang hubungan mereka. Chang ryul senang dan ia akan menghadapi Jin  Ho dengan "tangan kosong".
Jin Ho dan Sang jun harus ke RS, salah satu pekerjanya  mendapat luka. Mereka tidak menyalahkan Jin Ho dan lukanya tidak parah,  tapi Jin ho tetap merasa bersalah karena ia terus mendorong mereka untuk  kerja sedangkan mereka kelelahan.
Sang jun melaporkan bahwa klien  mereka yang proyeknya sedang mereka tangani jatuh bangkrut dan lari ke  Filipina. Jin Ho tidak boleh gengsi lagi, ia harus kembali ke sang Go  Jae untuk mempelajari rumah itu.
In pulang dan terkejut tapi  sekaligus senang melihat Jin Ho ada di Sang Go Jae. Malamnya, Jin Ho  tidak ingin makan ramyeon untuk makan malam. Jin Ho mengajak Kae In  untuk belanja karena hanya ada mangkuk ramyeon kosong di rumah Kae in  diantara sampah2 lain.
Mereka berdua bertengkar saat membayar, tidak ada yang mau  membayar dan tidak ada yang bawa uang, maka Jin Ho menggunakan  ponselnya. Ponsel ? sepertinya produk pembayaran baru di Korea (pesanan  sponsor, kayanya my company bisa bikin softwarenya hihi..ide lagi..  interesting...) Begini, ponsel Jin Ho di scan, dan mereka bisa mengakses  rekeningnya dan dengan pasword khusus mungkin PIN, Jin Ho bisa bayar.  (hmm..aku cemas, nanti lama2 PIN-nya ditanam di tangan...sigh..)
Jin Ho tidak tahan dengan Kae In  yang jorok, maka ia ingin seluruh rumah dibersihkan. Kae In menekankan  berarti Jin Ho setuju untuk kembali. Jin Ho berkata selama Kae in janji  tidak akan mengatakan bahwa ia gay. Akhirnya mereka bersih2 tapi Jin ho  hanya memerintah Kae In untuk mengepel dan Kae in selalu mengambil jalan  pintas. Jin Ho tidak tahan dan ia mengambil pel dan mulai bersih2,  akhirnya Jin Ho yang membereskan semuanya.
Kae In mengambil kesempatan  menyelinap ke kamarnya. Jin Ho mencarinya dan melihat Kae In melihat  pada miniatur meja kursi dari kayu, persis yang dihadiahkan untuk Jin  Ho. Ini adalah buatan mendiang ibunya, ibunya juga seorang designer  furniture.
In Hee  mengambil apartemen bulan madu mereka dan ia pindah ke apartemen itu  saat Chang Ryul keluar dan In Hee mengubah kode pintunya. (kalo listrik  padam, bisa buka ngga ya..atau mungkin dah pake solar pannel ya..).  Chang ryul kesal dan In hee berkata saat Chang ryul membeli rumah ini,  ia yang beli perabotannya. In Hee mengingatkan bahwa Chang Ryul pernah  berkata semua miliknya milik In hee juga, Chang ryul berkata itu ketika  mereka akan menikah, kalau begini sebaiknya menikah ulang saja.
Young Sun yang mengunjungi Kae in  terpesona dengan Sang go Jae yang tampak bersih. Young Sun juga membujuk  agar Kae In baik2 saja dengan Jin Ho, karena ia ingin memotret Jin Ho,  Young sun memotret model2 gay. Young sun memberikan alaman Won Ho pada  Kae In, ia mendapatkannya atas bantuan suaminya yang polisi.
Kae In lalu pergi ke kamar mandi  untuk cuci muka dan ia kaget setengah mati ketika melihat Jin Ho di  dalam, sudah selesai mandi, hanya belum selesai memakai handuknya  ...(it's embarrasing ..) Keduanya shock. Kae In langsung keluar, tapi ia  kembali lagi dan berkata ia tidak melihat apa2 karena ia tidak pakai  kontak lens atau kacamata. (kamar mandinya gak ada kuncinya ...)
Jin Ho bisa menerimanya, tapi ia  terganggu saat malam hari, ia mendengar Young sun dan Kae in  membicarakan kejadian tadi. Kae in berkata ia tidak bisa melihat jelas  tapi aku cukup melihat! Young Sun ingin tahu detilnya. Kae In berkata,  "Dia kelihatan bagus. Tidak jelek," Jin Ho kelihatan lega tapi Young Sun  berkata dengan penuh arti, "Bukan itu. Itu."
Jin Ho tegang dan ia tahu apa maksud  keduanya. Kae In menunjukkan dengan tangannya, Young sun menjawab,  "Hanya segitu?" Mendengar reaksi Young Sun, Jin Ho merasa tersinggung.  Beraninya dia..
Jin Ho ditelp Hyemi, ia cemas ibu Jin  Ho menghilang. Jin Ho langsung lari mencari ibunya. Jin Ho mencari  ibunya ke bar langganannya. Jin ho menemukan ibunya dan ia bergabung  dengan ibunya. Jin Ho minta maaf karena tidak mengatakan dimana ia  tinggal dan menjelaskan ia sibuk kerja. 
Ibunya mengenang saat Jin Ho masih  kecil dan ayahnya masih hidup. Ibunya memandangi langit malam dan  bertanya-tanya mengenai rumah lama mereka. Jin Ho berjanji akan  mendapatkan rumah itu untuk ibunya.
Kae In menemukan alamat Won ho dan ia  justru menemukan nenek Won Ho yang tinggal di ruangan kusam dalam rumah  yang sudah reyot. Nenek Won Ho mengira Kae In adalah sukarelawan yang  biasa datang untuk membantu dan ia minta Kae in membacakan surat  untuknya, ia pikir itu adalah surat Won Ho untuknya. Kae In membuka  surat itu dan ternyata itu adalah surat peringatan dari rentenir, Kae In  merasa tidak enak dan ia memutuskan memalsukan surat Won ho dan  berkaat, "Nenek, apa kabar? Aku sibuk hari2 ini sehingga aku tidak bisa  menemuimu. Aku minta maaf."
Jin Ho ingat apa yang terjadi  padanya dan ia berkata bahwa tubuh Kae In tidak membuatnya tertarik, Kae  in berpikirya tentu saja dia kan gay. Bahkan saat Jin Ho berkata, maaf  tapi selain kau aku tertarik dengan wanita. Kae in tidak percaya. 
Kae In justru minta tolong untuk  mencarikan kontak lens-nya yang jatuh. Kae In cuek dan ia pikir Jin ho  sama sekali tidak terpengaruh dengan tubuhnya, Kae In tidak mau repot2  pakai baju, tapi saat Jin Ho harus membantu Kae in di kamar mandi, dan  berhadapan dengan..."perabot" Kae In, ..Jin Ho pusing juga.
Tapi Kae In bukannya tidak  terpengaruh dengan kontak fisik, ia sempat tergelincir dan Jin Ho  menahannya. Kae In jadi deg2an apalagi saat jin Ho mendekat dan  mengulurkan tangannya, tapi ternyata Jin ho mengambil kontak lens Kae In  yang jatuh di pundaknya. Tapi kejadian itu berpengaruh untuk keduanya.  Setelah memberikan kontak lens, Jin Ho langsung keluar..bahaya..:) 
Kae In lapar dan ia mengajak Jin Ho  makan di luar. Jin Ho menolak, Kae In membujuknya ia mau makan Kalbi  (iga panggang Korea), Kae in yang mentraktir.
nyem..nyem..kalbi...
Kae In, "Aigoo, aku kelaparan. Jika ia  tidak akan makan denganku dia seharusnya tidak berbau seperti makanan,  bau saja tidak mengenyangkan. Teman macam apa yang sekejam itu? Aku  sangat kelaparan aku bisa mati. Tidak ada nasi di rumah dan aku ingin  sekali daging sapi, dan menyedihkan pergi dan makan sendiri. Betapa  menyenangkan-nya jika punya teman serumah untuk makan kalbi bersama,  mareka tidak menjual kalbi dalam porsi single."
Jin Ho akhirnya  pergi dengan Kae In makan Kalbi.
Di  restaurant, Kae In menjadi mabuk dan mulai berkeluh kesah tentang Chang  Ryul. Kae In ngomel, pria itu sama, mereka hanya berpikir wanita yang  cantik dan seksi itu barulah bisa disebut wanita. KAe in berkata pada  Jin ho, aku sangat senang kau bukan pria seperti itu. Jin Ho tersiksa,  tapi kemudian ia melihat Choi Do Bin berjalan masuk. Jin Ho berdiri dan  menghormat. Do Bin mengangguk dan tersenyum pada Jin ho lalu duduk ke  mejanya.
Jin Ho memutuskan untuk segera pergi, ia tidak enak  dengan Do Bin, Jin Ho menyuapkan makanan ke mulut Kae in agar mereka  bisa cepat2 pergi.Kae In tidak menyadari Jin Ho terburu2, ia senang, Jin  Ho baik sekali dengannya.
Kae In pergi ke kamar mandi dan  seorang wanita mengirimkan minuman padanya, wanita itu mengangkat gelas  dan berkedip pada Jin Ho, Jin ho tidak menghiraukannya.
Tiba2  seorang pria mendatangi Jin Ho dan marah, ia melihat mereka dan berkata  bahwa wanita itu istrinya, beraninya Jin ho menggoda istrinya, ia  menyebut Jin Ho gigolo.
Kae in kembali dan melihat semuanya. Ia  ingin membela Jin Ho dan berkata, "Jin Ho kami tidak seprti itu." Pria  itu tidak menghiraukan Kae In dan ketika ia akan memukul Jin Ho, Kae In   berteriak, "Aku bilang, ia tidak seperti itu, Pria ini GAY!!!"
Jin  Ho tertegun dan ia ketakutan, Do Bin mungkin sudah mendengarnya. Jin Ho  kesal dan pergi.
Dalam perjalanan pulang, Kae In tidak berhenti  menyesali dirinya yang sudah sekali lagi mempermalukan Jin Ho. Ia  menangis dan memukul-mukul dirinya sendiri. Jin Ho kesal tapi ia hanya  bisa memejamkan mata dan menghela nafas, nasi sudah menjadi bubur tidak  ada gunanya menangis.
Kae In tertidur di bangku taman  karena mabuk. Jin Ho tidak peduli dan berjalan pulang dan meninggalkan  Kae In. Tapi saat jin Ho hampir sampai rumah, ia berubah pikiran dan  kembali. Jin Ho kembali ke bangku taman itu dan membangunkan Kae in,  pergelangan kaki Kae In kambuh lagi, Jin Ho akhirnya menggendong Kae In  pulang.
Kae In  menyanyi dan bergerak-gerak terus, Jin Ho kesulitan menggendongnya. Kae  In menghela nafas, "Punggungmu hangat. Punggung ayahku juga mungkin  hangat." Jin Ho heran, memangnya ayah Kae in tidak pernah  menggendongnya? Kae In menjawab, "Tidak ada yang pernah menggendongku."
Jin Ho membaringkan Kae In di sofa  di ruang tengah, Jin Ho menyuruh Kae in tidur di dalam.(knp org Korea  suka mabuk ya, aku agak terganggu kalau lihat cewek mabuk, ngga pantas  aja), 
Jin Ho  melihat Kae in hampir jatuh dari sofa, Jin Ho mencoba membangunkan Kae  In. Kae In tidak bangun, Jin Ho mengangkat kaki Kae In dan ia berniat  meletakkan ke posisi lebih aman, yang membuat Kae In bangun, awalnya Kae  In curiga tapi ia ingat. Jika pria lain yang melakukannya ia pasti  sudah marah, tapi Kae in merasa tidak masalah dengan Jin Ho. Karena ia  Gay.
Tiba2 kaki Kae In kram dan ia  berteriak kesakitan lalu minta Jin Ho memijitnya dan Jin Ho mau tidak  mau memijit kaki Kae In. Kae In senang sekali dan ia berterima kasih  atas bantuan Jin ho dan mengacungkan jempolnya, Jin Ho hebat! 
No comments:
Post a Comment